Senin, 25 Mei 2009

PROSES SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN

A. SOSIALISASI

Charlotte Buhler

Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan berpikir kelompoknya agar dia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.

Peter Berger

Sosialisasi adalah suatu proses ketika seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat

Tujuan sosialsasi

· Memberi kertampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melangsungkan kehidupan seseorang kelak di tengah-tengah masyarakat tempat dia menjadi salah satu anggotanya.

· Menambah kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien serta mengembangkan kemampuannya untuk membaca, menulis dan bercerita.

· Membantu pengendalian fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.

· Membiasakan individu dengan nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada masyarakat.

1. Proses sosialisasi

Penyesuaian diri terjadi secara berangsur-angsur, seiring dengan perluasan dan pertumbuhan pengetahuan serta penerimaan individu terhadap nilai dan norma yang terdapat dalam lingkungan masyarakat tempat ia berada.

a. Tahap Persiapan (preparatory stage)

Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang dirinya sendiri.

b. Tahap Meniru (play stage)

Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa.

c. Tahap siap bertindak (game stage)

Kemampuan menempatkan diri pada posisi orang lainpun meningkat sehingga memngkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya.

d. Tahap penerimaan norma kolektif (generalized stage)

Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat yang luas.

2. Agen Sosialisasi

Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi.

Ada empat agen sosialisasi yang utama yaitu :

a. Keluarga (kinship)

Agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu rumah.

b. Teman bermain

Disebut juga kelompok sebaya, di alami anak setelah ia mampu bepergian keluar rumah. Pada awalnya, temen bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula sangat berpengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu.

Dalam kelompok bermain anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederjat dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan.

c. Sekolah

Dalam lembaga pendidikan sekolah ( pendidikan formal ), seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independen), prestasi, universalisme dan kekhasan.

d. Media massa

Yang termasuk dalam media masa disini adalah media cetak dan media elektronik. Besarnya pengaruh media masa sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.

e. Agen-agen lain

Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media masa sosialisasi juga dilakukan oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. Semuanya membentu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan membuat persepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas dilakukan.

3. Factor-faktor yang memepengaruhi sosialisasi

a. Kematangan fisik sesorang

b. Lingkungan atau sarana sosialisasi ini antara lain adalah sebagai berikut:

1. Interaksi dengan sesama

2. Bahasa

3. Kasih sayang

c. Keinginan yang kuat

4. Jenis Sosialisasi

a. Sosialisasi primer

Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat ( keluarga ). Sosialisasi ini berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk sekolah.

b. Sosialisasi sekunder

Adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu kepada kelompok tertentu kedalam masyarakat.

c. Sosialisasi represi

Sosialisasi ini menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan yang dilakukan oleh individu. Cirri-cirinya adalah penekanan pada penggunaan meteri dalam hukuman dan imbalan, kepatuhan anak kepada orang tua, komunikasi yang bersifat satu arah, non verbal dan berisi perintah, titik berat sosialisasi pada keinginan orang tua.

d. Sosialisasi partisipasi

Merupakan suatu pola ketika seorang anak diberikan imbalan jika berperilaku baik dan hukuman jika berperilaku sebaliknya. Hukuman dan imbalan ini lebih bersifat simbolis. Penekanan diletakan pada interaksi, komunikasi bersifat lisan dan anak menjadi pusat sosialisasi. Kebutuhan anak dianggap penting.

B. KEPRIBADIAN

Setiap individu memiliki kepribadian melalui sosialisasi sejak dilahirkan. Kepribadian menunjuk pada pengaturan sikap-sikap seseorang untuk berbuat, berpikir, dan merasakan, khususnya apabila ia berhubungan dengan orang lain atau menaggapi satu keadaan. Kepribadian mencakup kebiasaan, sikap, sifat yang dimiliki seseorang yang berkembang apabila seseorang berhubungan dengan orang lain.

Menurut Theodore M. Newcomb kepribadian adalah organisasi sikap-sikap ( predisposition ) yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.

1. Susunan kepribadian

Unsure-unsur akal dan jiwa yang menetukan perbedaan perilaku tiap-tiap individu itu disebut juga susunan kepribadian yang meliputi hal-hal dibawah ini:

a. Pengetahuan

Pengetahuan individu terisi dengan fantasi, pemahaman, dan konsep yang lahir dari pengamatan dan pengalaman mengenai bermacam-macam hal yang berbeda dalam lingkungan individu tersebut.

b. Perasaan

Adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusis yang menghasilakn penilaian positif atau negative terhadap sesuatu. Bentuk penilaian itu dipengaruhi oleh pengatahuan luarnya. Oleh karena itu, perasaan selalu bersifat subyektif.

c. Dorongan naluri

Adalah kemauan yang sudah merupakan naluri pada setiap manusia. Ada tujuh macam dorongan naluri yaitu:

· Dorongan untuk mempertahankan hidup

· Dorongan seksual

· Dorongan untuk mencari makan

· Dorongan untuk bergaul dan berinteraksi dengan sesame manusia

· Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya

· Dorongan untuk berbakti

· Dorongan akan keindahan bentuk, suara dan gerak

2. Factor-faktor pembentuk kepribadian

Kepribadian terbentuk, berkembang, dan berubah seiring dengan proses sosialisasi yang dipengaruhi oleh factor-faktor sebagai berikut:

a. Factor biologis

Semua manusia yang normal dan sehat memiliki persamaan biologis tertentu. Seperti memiliki dua tangan, pancaindera, kelenjar seksual dan otak yang rumit. Persaman biologis ini membantu menjelaskan beberapa persamaan dalam kepribadian dan perilaku semua orang. Setiap warisan biologis seseorang bersifat unik. Artinya, tidak seorang pun yang mempunyai karakteristik fisk yang sama bahkan anak kembar sekalipun.

b. Factor geografis (lingkungan fisik)

Lingkungan fisik atau lingkungan geografis sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang.

c. Factor kebudayaan khusus

Perbedaan kebudayaan dalam setiap masyarakat dapat mempengaruhi kepribadian seseorang. Memang terdapat karakteristik kepribadian umum dari suatu masyarakat. Namun, tidak berarti bahwa semua anggota termasuk di dalamnya. Hendaknya kita ingat bahwa kepribadian umum merupakan serangkaian ciri kepribadian yang dimiliki oleh sebagian besar anggota kelompok social bersangktan.

d. Factor pengalaman kelompok

Kelompok yang sangat berpengaruh dalam perkembangan kepribadian seseorang dibedakan menjadi dua.

1) Kelompok acuan (kelompok referensi)

Sepanjang hidup seseorang, kelompok-kelompok tertentu dijadikan model yang penting bagi gagasan atau norma-norma perilaku.

2) Kelompok majemuk

Kelompok majemuk menunjuk pada kenyataan masyarakat yang lebih beraneka ragam. Bermacam-macam kelompok ini memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang aneka nilai dan norma dalam masyarakat. Suatu norma yang dianggap penting oleh satu kelompok masyarakat dapat saja dianggap tidak perlu oleh anggota masyarakat lainnya.

e. Factor pengalaman unik

Pada lingkungan keluarga yang sama, tidak ada individu yang memiliki kepribadian yang sama, karena meskipun berada dalam satu keluarga tidak mendapatkan pengalaman yang sama.

C. KEBUDAYAAN DAN KEPRIBADIAN

1. Kebudayaan

Koentjaraningrat menyebutkan bahwa kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi, berarti budi atau akal. Dengan demikian, kebudayaan bisa diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal.

Dari definisi tersebut dapat dinyatakan bahwa unsur belajar merupakan hal penting dalam tindakan manusia yang berkebudayaan.

a. Wujud kebudayaan

Berikut adalah tiga wujud kebudayaan menurut J.J. Hoenigman.

1. Gagasan

Merupakan wujud ideal kebudayaan yang berupa kumpulan ide-ide, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. Sifatnya abstrak, tidak dapat diraba, dan disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pikiran warga masyarakat tersebut.

2. Aktivitas

Merupakan wujud kebudayaan sebagai suatu kegiatan serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujudnya disebut dengan sisiem social. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.

3. Artefak

Merupakan wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan dan karya semua manusia dalam masyarakat.

b. Unsur kebudayaan

1. Bahasa

2. Sistem pengetahuan

3. Organisasi sosial

4. Sistem peralatan hidup dan teknologi

5. Sistem mata pencaharian hidup

6. Sistem religi

7. Kesenian

c. Komponen kebudayaan

1. Kebudayaan material

Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata dan konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata, dll. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televise, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.

2. Kebudayaan non material

Sosiologi cenderung memusatkan perhatian pada kebudayaan nonmaterial, yaitu ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi dalam masyarakat.

2. Kebudayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Kepribadian

a. Kebudayaan dan kepribadian

Kebudayaan merupakan karakter suatu masyarakat, bukan karakter individual. Semua yang dipelajari dalam kehidupan social dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya merupakan kebudayaan.

Kebudayaan tidak bisa lepas dari kepribadian individu melalui suatu proses belajar yang panjang. Dalam proses belajar yang disebut sosialisasi itu, kepribadian atau watak tiap-tiap individu pasti juga mempunyai pengaruh terhadap perkembangan kebudayaan itu secara keseluruhan. Gagasan-gagasan, tingkah laku atau tindakan manusia itu ditata, dikendalikan dan dimantapkan pola-polanya oleh berbagai sistem nilai dan norma yang hidup di masyarakatnya.

b. Perkembangan watak

Ciri-ciri dan unsur kepribadian seorang individu dewasa sebenarnya sudah tertanam ke dalam jiwa seseorang sejak awal, yaitu pada masa kanak-kanak melalui proses sosialisasi. Terbentuknya kepribadian dipengaruhi oleh factor kedaerahan, cara hidup di kota atau di desa, agama, profesi dan kelas sosial

c. Kebudayaan dan watak khas kebudayaan

Pada tiap-tiap masyarakat terdapat pola-pola kebudayaan sendiri yang tidak dimiliki oleh masyarakat lainnya. Kepribadian umum suatu masyarakat berbeda dengan masyarakat lainnya karena tiap masyarakat mengembangkan kebudayaannya sendiri atau tipe kepribadian yang sesuai dengan kebudayaannya. Selain itu tiap masyarakat juga memiliki kepribadian dasar. Kepribadian dasar itu ada karena individu anggota masyarakat itu mendapat pengaruh lingkungan kebudayaan setempat yang sama selama masa pertumbuhannya.

PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL

A. Penyimpangan Sosial

1. Pengertian Perilaku Menyimpang dan Antisosial

Perilaku menyimpang dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku yang diekspresikan oleh seorang atau beberapa orang anggota masyarakat yang secara disadarai atau tidak disadari, tidak menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku dan telah diterima oleh sebagian besar anggota masyarakat.

Selain perilaku menyimpang, dalam sosiologi dikenal konsep antisosial. Antisocial terdiri dari dua kata yaitu: anti berarti menentang atau memusuhi dan social yang berarti berkenaan dengan masyarakat. Baik perilaku menyimpang maupun antisocial pada hakikatnya sama, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan kaidah atau nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat dan memerlukan pengendalian social agar tercipta keteraturan social ataupun ketertiban social.

2. Teori-Teori Penyimpangan Sosial

a. Teori Differential Association

b. Teori Labelling

c. Teori Merton

d. Teori Fungsi

3. Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang

a. Penyimpangan Primer

b. Penyimpangan Sekunder

c. Penyimpanagn Individu

d. Penyimpangan Kelompok

e. Penyimpangan Situasional

4. Sifat-Sifat Perilaku Menyimpang

a. Penyimpangan Positif

b. Penyimpangan Negatif

5. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang

a. Siakp mental yang tidak sehat

b. Ketidakhharmonisan dalam keluarga

c. Pelampiasan rasa kecewa

d. Dorongan kebutuhan ekonomi

e. Pengaruh lingkungan dan media massa

f. Keinginan untuk dipuji

g. Proses belajar yang menyimpang

h. Ketidaksanggupan menyerap norma

i. Adanya ikatan social yang berlain-lainan

j. Proses sosialisasi nilai-nilai subkebudayaan menyimpang

k. Kegagalan dalam proses sosialisasi

6. Media Pembentukan Perilaku Penyimpang

a. Keluarga

b. Lingkungan tempat tinggal

c. Kelompok bermain

d. Media massa

7. Contoh Perilaku Menyimpang

a. Tindakan criminal dan kejahatan

b. Kenakalan anak (juvenile delinquency)

Adapun penyebab kenakalan tersebut antara lain:

ü Lingkungan keluarga yang tidak harmonis

ü Situasi yang menjemukan dan membosankan

ü Lingkungan masyarakat yang tidak menentu bagi prospek kehidupan masa mendatang, seperti lingkungan kumuh dan penuh kejahatan

c. Penyimpangan seksual

Bentuk-bentuk penyimpangan seksual antara lain:

ü Homoseksual

ü Transeksual

ü Sadomasokisme

ü Ekshibisme

ü Voyeurisme

ü Fetishisme

ü Alkoholisme

ü Penyalahgunaan narkotika

ü Sadisme terhadap anak

B. Pengendalian Sosial

1. Pengertian Pengendalian Sosial

Menurut Berger, Pengendalian Sosial adalah cara yang digunakan untuk menertibkan anggota masyarakat yang membangkang.

Tujuan Pengendalian Sosial adalah:

a) Agar masyarakat mau mematuhi norma-norma social yang berlaku, baik dengan kesadaran sendiri maupun karena paksaan

b) Agar dapat mewujudkan keserasian dan ketentraman dalam masyarakat

c) Bagi orang yang melakukan penyimpangan diusahakan agar kembali mematuhi norma-norma yang berlaku

2. Jenis-Jenis Lembaga Pengendalian Sosial

Dalam pelaksanaan pengendalian social kita mengenal pengendalian social formal maupun pengendalian social nonformal. Disamping itu, berdasarkan sifat pengendalian social itu sendiri, ada pengendalian yang sifatnya prefentif (yang diusahakan sebelum adanya tindak pelanggaran) maupun pengendalian social represif (pengendalian social setelah tindak pelanggaran itu dilakukan)

Jenis-jenis lemnaga pengendalian social terbagi menjadi 5 macam yang sangat mendasa, antara lain:

a) Lembaga kepolisian

b) Lembaga kejaksaan

c) Lembaga pengadilan

d) Lembaga adat

e) Tokoh-tokoh masyarakat

3. Sifat-Sifat Pengendalian Sosial

a) Pengendalian social Prefentif

b) Pengendalian social Represif

c) Pengendalian social Gabungan

d) Pengendalian social Persuasif

e) Pengendalian social Koersif

4. Cara-Cara Pengendalian Sosial

a) Cemoohan

b) Teguran

c) Pendidikan

d) Agama

e) Gossip atau Desas-desus

f) Ostrasisme

g) Fraundulens

h) Intimidasi

i) Hokum

5. Akibat Tidak Berfungsinya Lembaga Pengendalian Sosial

a) Tidak adanya kepastian hokum

b) Kepentingan masyarakat sulit untuk dipenuhi

c) Sering terjadi konflik

d) Munculnya komersialisasi hukum, jabatan, dan kekuasaan.

e) Munculnya sindikat-sindikat kejahatan yang mempunyai kepentingan khusus

Untuk mengatasi hal tersebut, maka dapat dilakukan terapi social sebagi

a) Memperbaiki perangkat-perangkat hokum

b) Melakukan revitalisasi aparat penegak hokum

c) Melakuka usaha-usaha pembudayaan tertib social.